sumber ilmu pengetahuan dalam persfektif Barat

PENDAHULUAN

Pertama-tama tampaknya perlu dikemukakan bahwa untuk mendalami ilmu itu harus sumber pijakan sesuai dengan perspektif disiplin ilmu pengetahuan masing-masing, dalam hal yang akan dibahas yaitu sumber ilmu pengetahuan dalam perspektif Barat. Dalam Islam tidak ada istilah dikotomi keilmuan seperti yang banyak diperbincangkan sampai sekarang islam hanya mengkonfirmasi kepada kita bahwa ilmu pengetahuan ada yang bersumber dari wahyu dan ada yang merupakan hasil berpikir ilmiah manusia yang kedua-duanya pada dasarnya bersumber dari Allah SWT. Pemilik ilmu pengetahuan.
Upaya yang dilakukan para ilmuwan muslim untuk mengatasi masalah dikotomi ini adalah dengan mengintegrasikan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama yang kita kenal dengan islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan ini dilakukan dengan mengislamkan seluruh disiplin ilmu dengan benar-benar berlandaskan prinsip islam (keimaman / tauhid) dan tidak mengedepankan begitu saja ilmu-ilmu dari Barat, yang bersifat Rasional dan Empiris. Berawal dar rasa ingin tahu maka penulis mencoba untuk membuat makalah ini yang berjudul Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat , hal ini akan dibahas mengenai pertama, Pengertian Ilmu Pengetahuan. Kedua, Landasan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat. Ketiga, Tokoh-tokoh Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat. Keempat, keuntungan-keuntungan dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat. Dalam pembuatan makalah ini dengan menggunakan rujukan-rujukan dari berbagai sumber referensi.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Secara teknis dapa dikemukakan, apakah definisi ilmu pengetahuan (knowledge) yang amat erat hubungannya dengan pendidikan. 1. Menurut Webster’s New World Dictionary. Ilmu Pengetahuan: Semua yang telah diamati atau dimengerti oleh jiwa (pikiran), belajar, dan sesuatu yang telah jelas. 2. Menurut “Dictionary of philosophy” oleh Runes. Ilmu Pengetahuan: Berhubungan dengan tahu (yang diketahui) kebenaran yang dimengerti. 3. Menurut American People Encyclopedia. Ilmu Pengetahuan: Suatu kesadaran penuh dan terbuktikan dari suatu kebenaran mengenai sesuatu: bersifat praktis suatu kesadaran anyang teratur, tersusun tentang apapun yang secara definitip dapat diterima sebagai realita. Pengertian knowledge (Ilmu Pengetahuan) diatas ialah meliputi semua ilmu, apakah ilmu sosial, ilmu eksakta, ilmu filsafat, dan sebagainya. ) Jadi setelah penulis amati dari berbagai pendapat mengenai pengertian Ilmu Pengetahuan maka saya dapat menyimpulkan bahwa ILMU adalah suatu alat untuk mempelajari berbagai bidang ilmu seperti ilmu psilkologi, ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu matematik dan sebagainya. Sedangkan PENGETAHUAN adalah suatu pemahaman yang diperoleh seseorang melalui panca indranya dengan dibuktikan kebenarannya.
Ilmu pengetahuan dan kepribadian merupakan interaksi positif yang saling membina. Pribadi yang berilmu karena pendidikan dan penelitian sebenarnya mewarisi nilai-nilai ilmu pengetahuan itu dari generasi pendahulunya sebagai dasar. Dengan potensi-potensi intelegensinya, dengan pengalaman-pengalamandan antaraksi dengan sesama cendekiawan itu, dengan kerja sama mereka semua, ilmu pengetahuan itu makin berkembang. Bahkan makin banyak tantangan-tantangan sosial tentang alamiah, tantangan-tantangan hidup dan sen=bagainya, makin berkembang pula ilmu pengetahuan. Sebab pada hakekatnya pengetahuan tidak lain daripada usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka lahir batin. )

2. Landasan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat
a. Pemikiran Filsafat Rasionalisme
Aliran rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar keperluan pengetahuan. Pengetahuan yang benat diperoleh dan diukur dengan akal yang dimiliki manusia. Manusia menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek pengetahuan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra memperoleh pengetahuan: Pengalaman indra diperlukan untuk merangsang akal manusia dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja dengan baik. Akan tatapi, sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal pikiran yang dimiliki manusia.
Laporan indra, menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau dan bersifat menipu. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja ada bahan-bahan yang diperoleh indra manusia. Akan tetapi, akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak. Kemudian rasinalisme sekaligus menandakan lahirnya humanism yaitu pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya, oleh karena itu, zaman itu sering juga disebut sebagai zaman humanism, manusia diangkat dari abad pertengahan. )
Paradigma dalam Pemikiran Rasionalisme
Pertama: Ada seorang siswa yang menginginkan nilai semua mata pelajarannya memuaskan maka untuk mencapai semua itu harus ranjin berangkat sekolah, mengerjakan semua tugas-tugas dari gurunya, dan belajar dengan sunguh-sunguh. Kedua: Seseorang yang kehidupannya ingin serba kecukupan tetapi modal materi pun tidak punya hanya miliki ketrampilah tertentu saja, maka langkah awal orang tersebut harus mampu memanpaatkan ketrampilan yang dia miliki. Umpamanya orang itu bisa mengemudi mobil maka melamarlah menjadi seoarang supir, dari situlah orang tersebut akan mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
b. Pemikiran Filsafat Empirisme
Empirisme berasal dar kata Yunani ampeiria yang berarti “Pangalaman Indrawi “. Empirisme memilih pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pangalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Muncul Filsafat Empirisme, yang tentu bersangkutan dengan ilmu pengetahuan positif yang maju dengan pesat. Empirisme terutama berkembang di dunia Inggris.
Aliran Empirisme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat bersumber lahiriah (menyangkut dunia). Oleh karena itu, pengalamn indrawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. ) Jadi setelah penulis simak beberapa persepsi masing-masing mengenai Pemikiran Empirisme, maka saya simpulkan bahwa pemikiran empiris yaitu suatu pemikiran yang berdasarkan kepada pengalaman yang dialami sebagai sumber pengetahuan. Setelah saya menyimpulkan pengertian pemikiran empirisme maka dibawah ini akan saya buat paradigmanya.
Paradigma dalam Pemikiran Empirisme:
Pertama: Sebuah Becak, ternyata becak itu rodanya ada tiga, tempat duduk pengemudinya dibelakang, jok untuk penumpangnya ada di depan, jika musim panas maka bagian terpal atasnya bisa dibuka, jika musim hujan bisa ditutup dengan plastic bening atau dengan bahan karung putih, kemudian supaya becak tersebut bisa berjalan maka perdal becak itu harus dienjot dan diayun oleh pengemudinya, jika menginginkan becak itu jalannya cepat maka mengenjot dan mengayun perdalnya harus cepat pula.
Kedua: Bendera Indonesia, adalah bendera merah putih, di atas merah dan di bawahnya putih, bentuknya segi empat, bahannya tidak terlalu tebal, Bendera itu sangat dibutuhkan pada saat peringatan proklamasi kemerdekaan tepatnya pada bulan Agustus tanggal 17 pada saat itulah bendera merah putih dikibarkan tidak hanya dilingkungan lembaga pendidikan saja tetapi ditempat perkantoran lain pun dipasang dan disepanjang jalanpun dikibarkan bahkan hampir semua kendaraan bermotor pun memakainya.
Menolak, menampikan dan menegasikan sesuatu yang rasional dan empiris, akan mendorong manusia hanya menjadi sesuatu yang halus dan tidak mungkin tumbuh menjadi manusia yang empiris. Padahal dalam banyak hal, manusia justru tumbuh dari sesuatu yang empiris. )

3. Tokoh-tokoh Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat
Tokoh Rasionalisme diantaranya yaitu Sokrates, Plato, Aristoteles, dan Rene Descartes. Dalam hal ini yang akan penulis uraikan pernyataannya Aristoteles dan Rene Descartes. Aristoteles, mengungkapkan bahwa rasio dapat menangkap segala sesuatu yang ada. Objek rasio bersifat sama sekali umum. Oleh karenanya rasio dapat “menjadi” segala sesuatu. ) Rene Deskartes, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilih-pilih. Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti dapat dijadikan model mengenai secara dinamis. )
Tokoh Empirisme, saya cantumkan Thomas Hobes dan John Locke. Thomas Hobbes, baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-penampakan yang sedemikian seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau asal-asalnya, lagi pula dari sebab-sebab atau asal-asal yang yang yang sedemikian seperti yang dapat dimiliki dari mengetahui terlebih dahulu akibat-akibatnya. ) John Locke, menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri,. Semula akal serupa dengan secarik kertas yang tanpa tulisan, yang menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan dengan pengetahuan akal. Satu-satunya sasaran atau objek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau ide-ide, yang timbulnya karena pengalaman lahiriah (sensation) dank arena pengalaman batiniah (reflection).

4. Kelebihan-kelebihan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Barat
Kelebihan Rasional adalah mampu menyusun system-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia. Umpamanya logika, yang sudah ada sejak zaman Aristoteles, kemudian matematika dan kebenaran rasio diuji dengan verifikasi konsistensi logis. Kelebihan rasionalisme adalah dalam hal nalar dan menjelaskan penalaran-penalaran yang rumit, kemudian rasionalisme berpikir menjelaskan dan menekankan akal budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia. )
Kelebihan Empirisme, menurut saya (penulis) dapat membuka cakrawala manusia dalam berpikir dan dapat mewujudkan kehidupan manusia kepada kesejahteraan dan kemandirian serta kedewasaan dalam menghadapai problema hidup. Mengapa demikian ? Karena dengan cara berpikir empirislah maka manusia dapat mengetahui asal usul dan sebab akibat yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

PENDEKATAN SOSIOLOGI ( Salah Satu Alat untuk Memahami Agama )

A. Pengertian Pendekatan Sosiologi
Istilah “Pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah sesuatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau penelitian.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Sementara itu, Soerjono Soekarno mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan kearah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Jadi kalau diambil kesimpulan arti dari pendekatan sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.
Ilmu sosial tidak mudah membuat garis pemisah yang tegas antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lain. Sehingga kesan adanya tumpang tindih sering kali tidak dapat dihindari, termasuk memahami dalam hal ini kajian sosiologi antropologi. Sosiologi berusaha memahami hakekat masyarakat dalam kehidupan kelompok, baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Antropologi berusaha memahami perilaku manusia (antropos) sesuai latar belakang kepercayaan dan kebudayaannya secara manusiawi (humaniora).
Sosiologi- antropologi saling menunjang dari segi teori maupun konsepnya. Konsentrasi sosiologi pada masyarakatnya, sedangkan konsentrasi antropologi pada kebudayaannya. Antara keduanya jelas-jelas tidak bisa dipisahkan, karena masyarakat dalam kelompok manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Antropologi berusaha masyarakat melalui kebudayaan, semua unsure kebudayaan adalah kelompok manusia sebagai satu-satunya jenis makhluk yang memiliki potensi budaya, agama, mempunyai keyakinan dan pengetahuan untuk menerima dakwah.
B. Prinsip-Prinsip Sosial
Ranah yang paling penting bagi penerapkan prinsip-prinsip tersebut sepanjang masa tidak lain adalah ranah masyarakat sendiri. Baik pada tingkat ritual (al-ibadah) yang berhubungan langsung dengan rukun Islam, maupun pada tingkat kehidupan sehari-hari, Islam merupakan suatu ajaran yang terkait langsung dengan kehidupan kolektif dan sosial, lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa tidak ada pelaksanaan ajaran agama tujuan adanya keterlibatan personal dalam masyarakat. Berkaitan dengan prinsip-prinsip sosial maka penulis batasi dengan mengambil makna rukun Islam secara sosiologis:
Bacaan syahadat yang tersurat dengan dua kalimat syahadat, hakekatnya merupakan ikrar persaksian seseorang yang menyatakan diri sebagai seorang muslim.

“ Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”
1. Persaksian adalah pengakuan seseorang sebagai pernyataan yang harus dipublikasikan semacam proklamasi diri, agar masyarakat banyak mengetahui, mengerti dan menerima dirinya sebagai seorang muslim. Keberagamaan seseorang harus dinyatakan secara terbuka, agar masyarakat banyak tidak perlu mengajak lagi untuk berpindah agama, atau ada pihak agama lain yang membujuk seorang muslim menjadi murtad.
2. Ibadah Sholat, yang diwajibkan lima waktu sehari semalam dengan cara berjama’ah di masjid atau mushola, kemudian sholat jum’at, seminggu sekali, di sebuah masjid jami’ serta dua hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha setahun sekali, didahului dengan sholat tarawih dibulan ramadhan, secara sosiologis merupakan manifestasi dan keserasian, solidaritas, dan integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Kewajiban Membayar Zakat, baik zakat fitrah bagi setiap jiwa muslim maupun zakat mal bagi orang yang kaya; secara sosiologis keduanya merupakan manifestasi dari solidaritas sosial. Rasa kemanusiaan yang adil dan bertanggung jawab, kepedulian untuk selalu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang sedang mengalami kesusahan hidup , adalah model empati (Verstehen) dalam pendekatan sosiologis.
4. Berpuasa di bulan Ramadhan, merupakan upaya pengendalian diri dari segala tindakan yang melampaui batas. Kebebasan untuk memakan makann yang halal, minum berbagai macam minuman yang sehat, pada saat berpuasa semuanya dibatasi dan dikendalikan, agar tidak menimbulkan penyakit over dosis. Puasa yang mengandung makna “imsak” atau rem, “junnah” atau benteng, pada dasarnya aktivitas ibadah yang dapat memagari diri seseorang dari berbagai macam godaan iblis durhaka yang selalu menggoda. Nafsu hewani yang biasanya bersemayam di hati manusia, pada bulan ramadhan dibersihkan dari berbagai macam makanan yang membahayakan; nafsu keinginan yang tak pernah berhenti, dikendalikan ibadah puasa; dan nafsu angkara murka yang berkeliaran dalam pergaulan hidup masyarakat, dipagari agar tidak menerobos lingkaran norma dan nilai-nilai sosial.
5. Ibadah haji ke tanah suci, menziarahi ka’bah Baitullah di Masjid Al-Haram Mekkah Al-Munawwaroh dan Makam Rasulullah di Masjid An-Nabawy di Madinatu al- Munawwaroh, dilakukan oleh ummat Islam yang mampu fisiknya, material dan moralitasnya. Pelaksanaan thawaf mengelilingi ka’bah dan sa’i dari bukit Shafa ke Marwah adalah manifestasi dari lingkaran kehidupan masyarakat yang silih berganti, hidup saling berdampingan dan bergandengan, diakhiri dengan wukuf bersama di padang Arafah. Semua kegiatan haji tersebut secara sosiologis mengandung makna ajaran agama yang sacral, mengikuti tradisi para Nabi terdahulu dalam mewujudkan integrasi sosial segenap umat manusia di dunia.
Hukum-hukum dan Prinsip-prinsip yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi perumusan masyarakat yang secara identitas utuh guna menampilkan totalitas kehidupan manusia. Sosiologi ini, karena wawasannya, harus memasukkan keseluruhan aspek kehidupan fisik dan spiritual ke dalam satu kesatuan.

C. Tujuan Pendekatan Sosiologi
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami Agama. Hal ini dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat. Apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agam Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penjaga di mesir, dan mengapa dalam tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, serta masih banyak lagi contoh yang lainnya. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama. Selain contoh dari Nabi Yusuf, Nabi Harun, Nabi Musa, maka di bawah ini akan diuraikan paradigma sosiologi dari pemikir-pemikir Barat;
1. Abdel Rahman Ibn-Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia Afrika, pada tanggal 27 mei 1332 M. Beliau dididik dalam lingkungan keluarga muslim yang berhasil menguasai ilmu Al-Qur’an, Matematika dan sejarah. Beliau dipercaya oleh sultan Tunis menjadi konsul di kedutaan Besar Marocco. Setelah mengabdikan diri dalam aktifitas politik pemerintahan, beliau kembali ke negaranya mengembangkan ilmu.
Dalam konsep sosiologinya, Ibnu Khaldun berkeyakinan bahwa fenomena sosiologi mengikuti hukum-hukum alam yang berlaku pada masyarakat dan tidak bisa dimodifikasi secara signifikan oleh individu-individu yang terisolasi. Inti Sosiologi Ibnu Khaldun senada dengan Durkheim ditemukan dalam konsep “Solidaritas Sosial” yang disebut dengan teori “ashabiyah”, yakni konsep kebersamaan dan kekeluargaan sebagai aslinya sifat masyarakat yang berbeda-beda, tetapi hakekatnya bisa bersatu karena saling membutuhkannya. Menurut Ibnu Khaldun tidak ada individu yang bisa hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain untuk hidup bersama.
2. August Comte (1798-1857)
August Comte dilahirkan di kota Montpelier Prancis, pada tanggal 19 Januari 1798 M. August Comte adalah pelopor kelahiran ilmu sosiologi melalui pendekatan structural fungsional, yang mempelajari masyarakat dari segi struktur fungsional yang mempelajari masyarakat dari segi struktur, strata, dan dinamika sosialnya. Sebagai tokoh evolusionis positivism, comte menegaskan masyarakat ibarat organism hidup yang dinamis. August Comte menggambarkan bahwa proses berfikir manusia dalam menafsirkan dunia dengan segala isinya berkembang secara evolusi, melalui tahapan religius, metafisika dan positifisme. Dari konsep ini terwujudlah perubahan sosial masyarakat baru, berdasarkan kenyataan empiris hasil pemikiran rasional, dan pada akhirnya akan mencapai tingkat integrasi yang lebih besar.
3. Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim dilahirkan pada tanggal 15 april 1858 di Epinal Prancis, suatu perkampungan kecil orang-orang Yahudi, bagian Timur Perancis, agak terpencil dari masyarakat luas. Ayah Durkheim adalah seorang Rabbi, tokoh agama Yahudi (setingkat ulama dalam Islam atau pendeta dalam agama Kristen). Durkheim sendiri karena pengalaman mistiknya, ia menyimpang dari ajaran Yahudi, dan sementara menjadi penganut Khatolik, akibat pengaruh gurunya. Setelah itu ia meninggalkan khatolik dan menjadi orang yang tidak mau tahu dengan agama (agnostic). Meskipun demikian, selama hidupnya ia sangat memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan moralitas masyarakat. Dalam pandangannya dikemudian hari Durkheim berkeyakinan bahwa nilai-nilai moral itulah hakekatnya yang menjadi standar bagi terwujudnya solidaritas dan integrasi sosial yang sangat membantu mempersatukan masyarakat.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar